Minggu, 03 Agustus 2008

Tingkatkan Peredaran Uang Kota Anda!




Saya dua tahun lalu pernah dapat tugas bekerja di Sampit, kota kecil di pedalaman Kalimantan Tengah. Waktunya memang tidak lama. Cuma 4 bulan. Tapi waktu segitu sangatlah cukup mengenal seluk-beluknya.

Yup, kota ini paling berkesan adalah soal sepinya. Sampit tergolong kota lambat bangkit setelah didera konflik antar etnis yang teramat sadis. Apalagi semenjak bisnis illegal logging ditertibkan aparat, perekonomian kota itu sangatlah lesu.

Memasuki malam hari, kota semakin terasa sepi. Apalagi kalau sudah jam 9 malam ke atas. Jika saat itu Anda pas kelaparan, sangatlah susah mencari tempat makan. Warung-warung terlihat serempak pada tutup semua.

Yang berseliweran di jalan pun bisa dihitung dengan jari. Jangankan taksi, ojeknya pun tak ada yang lewat. Penduduk lebih memilih berdiam diri di rumah sambil dengar radio, nonton televisi, atau tidur.

***

Mengenang kota Sampit, saya teringat istilah roda ekonomi. Istilah itu acapkali kita dengar. Tapi lumayan sulit digambarkan seperti apa wujudnya. Ada yang menggambarkan roda ekonomi ibarat sebuah penentuan nasib seseorang—kadang berada di atas dan kadang pula tergencet di bawah.

Namun saya lebih tertarik mengistilahkan roda ekonomi itu sebagai laju peredaran uang di masyarakat. Ya, sebuah kota baru bisa disebut perekonomiannya membaik jika peredaran uang di masyarakatnya berjalan lancar. Semakin cepat peredaran uang masyarakat maka akan semakin baik.

Maksudnya apa sih? Simpelnya begini. Bandingkan saja, kenapa peredaran uang masyarakat di kota besar itu lebih lama waktunya dibanding kota kecil. Ini terkait pola hidup masyarakatnya.

Di kota besar itu perekonomiannya tak pernah mati. Bahkan bisa dibilang selalu berjalan dalam tempo 24 jam sehari. Toko-toko di kota besar juga masih buka pada malam hari. Cari makan pada dini hari pun gampang sekali. Itu belum termasuk bisnis hiburan malam yang ada di sana-sini. Otomatis siang maupun malam pun uang masyarakat selalu beredar.

Sampit barangkali tidak hanya satu-satunya kota kecil yang ada di tanah air. Masih banyak lagi yang tak terhitung dengan jari. Bagaimana caranya agar kota kecil itu bisa bangkit?

Ini tugas pemerintah setempat untuk menciptakan pusat-pusat bisnis pada malam hari. Tidak mesti bisnis hiburan malam saja. Masih banyak bisnis-bisnis lain yang bisa digali. Contohnya, Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya, Malioboro Yogakarta, dan lain-lain.

Satu hal paling diperhatikan untuk membangun bisnis pada malam hari adalah faktor keamanan. Faktor ini wajib diperhatikan. Mana ada warga yang mau keluar rumah pada malam hari kalau di sana sini banyak penjahat. Mana ada warga yang berani lewat jika banyak pemabuk di jalanan. Mana bisa tentram pedagang berusaha bila banyak orang yang minta “jatah” preman.

Pemerintah dan kepolisian setempat harus bekerjasama menciptakan keamanannya. Tidak usah ragu mengusir preman yang mengganggu roda perekonomian. Bila premannya bandel setujukah Anda dibinasakan saja?

Tidak ada komentar: