Jumat, 08 Agustus 2008

PLN Katanya Kok Rugi?



PLN selalu rugi! Wah, ini bukanlah berita menghebohkan. Semua orang sudah pada tahu. Sejak dulu PLN mengaku selalu mengalami kerugian.

Tiap tahun juga selalu minta disubsidi kepada pemerintah. Angka subsidinya juga selalu mencengangkan. Bukan miliaran Rupiah lagi. Tapi, sudah triliunan.

Dengan subsidi saban tahun itu pun sayangnya PLN tak mampu melayani permintaan konsumen sepenuhnya. Krisis listrik masih saja terjadi. Kecuali barangkali untuk wilayah Pulau Jawa dan Bali. Kalau di luar kedua pulau itu sungguh mengenaskan kondisinya.

Pengusaha real estate mengeluh, kompleks perumahan yang dibangunnya sangat susah dipasarkan lantaran begitu lamanya antrean permintaan pemasangan listrik baru. Pengusaha lainnya juga mencak-mencak karena suplai listrik mengganggu kenyamanan dalam berbisnis. Warga juga mengomel karena PLN sangat sering memadamkan aliran listrik ke rumahnya secara bergiliran. Yang paling kasihan itu bila lilin pengganti listrik sementara membuat rumah warga KEBAKARAN.

PLN berdalih selalu merugi karena kebijakan untuk menaikkan tarif listrik selalu ditentang masyarakat. PLN juga tak punya modal untuk alih teknologi pembangkit listrik yang lebih murah ongkos produksinya. Misalnya dari berbahan bakar minyak berpindah ke bahan bakar batubara.

Sementara ketika pihak swasta yang ingin membantu membangunkan pembangkit listrik malah dipersulit izinnya. Padahal niat pihak swasta sangat baik, mengubah kerugian menjadi sebuah keuntungan yang bisa diterima PLN. Karena harga yang ditawarkan lebih rendah dari tarif listrik sekarang.

***

Saya pernah diundang menghadiri jumpa pers PLN di sebuah rumah makan mewah. Jumpa pers itu bercerita tentang kerugian yang dialami PLN pada tahun itu. Jumpa pers ini tentu saja dilengkapi dengan angka-angka kerugian.

Namun anehnya hidangan yang disajikan untuk para wartawan begitu mewahnya. Makanannya macam-macam. Tinggal dipilih mau makan apa. Setahu saya per porsi makanan itu pastilah sangat mahal harganya.

Dalam jumpa pers itu pula pihak PLN tak menunjukkan tanda-tanda kesedihan. Suasana jumpa pers justru diselingi senyuman dan derai tawa. Seakan-akan PLN tidak mengalami kerugian.

Saya pun berbisik kepada rekan wartawan yang duduk di sebelah. “Lho, katanya rugi. Tapi, kok makanannya mewah sekali,” ucap saya sambil berbisik. “Sudah kau diam saja. Nikmati saja makanannya,” jawab rekan wartawan di sebelah.

Sudah semestinyalah pihak PLN mengubah perilakunya sebagai bentuk keprihatinan. Dari yang suka mewah-mewah beralih lebih sederhana. Jangan sampai muncul pandangan di masyarakat mengakunya selalu rugi tapi karyawannya kenapa kaya-kaya.

PLN jangan cuma piawai membikin slogan kepada masyarakat, “Hemat Energi Hemat Biaya”. PLN sendiri juga harus menerapkannya. Dengan diperketatnya pemborosan semoga saja PLN tak terlalu banyak menggerus uang subsidi pemerintah.

Tidak ada komentar: