Rabu, 06 Agustus 2008

Kaji Ulang Pasar Bertingkat!



Kebijakan pemerintah meruntuhkan pasar kemudian menggantinya dengan bangunan yang baru kerap memunculkan kontroversi. Macam-macam bentuk kontroversinya. Salah satunya kontroversi yang biasa terjadi adalah pada saat menentukan di manakah letak kelompok-kelompok pedagang di bangunan baru nanti.

Masalahnya sangat terkait bentuk bangunan baru itu sendiri. Awalnya pasar itu cuma satu lantai. Pemerintah selanjutnya membangun gedung pasar itu menjadi bertingkat-tingkat. Tujuannya jelas, ingin meraih keuntungan berlipat ganda karena jumlah toko yang bisa dibangun akan lebih banyak.

Namun antar pedagang akan saling protes memperebutkan posisi kelompok tokonya nanti. Masing-masing kelompok itu sama-sama ingin diletakkan di lantai bawah. Tidak ada yang mau diletakkan di lantai atas. Di lantai atas itu dianggap kurang strategis mengingat orang enggan naik tangga. Capek.

Kelompok-kelompok pedagang sendiri bermacam-macam. Ada kelompok pedagang kelontongan. Ada kelompok pedagang konfeksi (pakaian jadi). Ada kelompok pedagang bahan bangunan. Ada juga kelompok pedagang sayur dan ikan. Juga ada kelompok-kelompok pedagang lainnya.

Kelompok favorit ibu-ibu rumah tangga tentu saja para pedagang sayur dan ikan. Hampir tiap hari tanpa absen kelompok ini selalu banyak pengunjung. Ibu-ibu rumah tangga mengunjunginya demi membeli beragam keperluan dapur untuk dimakan.

Tak heran kelompok pedagang sayur dan ikan ini kemudian biasanya diletakkan di lantai atas. Tujuannya agar para pedagang kelompok lain juga kecipratan rejeki. Dengan dikunjunginya pedagang sayur dan ikan tiap hari maka calon pembeli otomatis melewati dagangan kelompok lain. Walau itu hanya sekadar lewat, tapi sudah menghibur pedagang lain ketimbang tidak ada yang lewat sama sekali.

Tapi celakanya strategi penempatan kelompok pedagang sayur dan ikan di lantai atas ini tidak selamanya berhasil. Dari sejumlah pasar yang pernah saya kunjungi malah strategi itu gagal total. Pedagang sayur dan ikan di lantai atas itu justru banyak mengeluh. Jumlah pengunjungnya menurun drastis.

Kenapa bisa begitu? Sekali lagi pembeli itu malas naik tangga. Nah, ketika ada pedagang sayur dan ikan menjajakan dagangannya di lantai bawah otomatis mereka lebih memilih ke situ.

Bisakah pedagang di lantai atas itu protes? Tentu tidak bisa. Soalnya, pedagang sayur dan ikan pesainganya itu berdagang di luar area pasar. Jangankan menertibkan, menegur pun Petugas Satpol PP tak punya kewenangan. Soalnya mereka memilih berdagang di luar area meski posisinya sangat berdekatan dengan pasar tersebut.

Pedagang sayur dan ikan di lantai atas semakin merana lantaran pesaingnya di bawah itu berani banting harga. Ya, harga jauh lebih murah. Kenapa ini bisa terjadi?

Jangan berprasangka dulu pedagang sayur dan ikan yang di bawah itu yang jahat. Justru yang perlu dipahami adalah kenapa pedagang sayur dan ikan di lantai atas harganya jauh lebih mahal. Ini sangat wajar mengingat pedagang di lantai atas itu harus dibebani lagi dengan ongkos tebus tempatnya berdagang. Sementara pedagang ikan dan sayur di bawah cukup menggelar dagangannya di tanah tanpa dibebani biaya apa pun.

Dengan tulisan ini saya hanya berharap kepada pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakannya membangun pasar bertingkat. Kecuali di pasar itu disediakan escalator plus lift, baru saya setuju. Pembeli tidak capek naik tangga.

Lewat tulisan ini pula saya menanti pemerintah untuk mengkaji ulang penempatan pedagang ikan dan sayur itu di lantai atas. Berdasarkan pengalaman, bila diletakkan di lantai atas malah menimbulkan bau yang kurang sedap. Sebagus apapun pembuangan limbahnya tetap saja lama kelamaan menimbulkan bau. Lagipula membawa air ke lantai atas untuk membersihkannya itu membutuhkan tenaga dan airnya juga tidak didapatkan secara gratis.

Tidak ada komentar: